Skip to main content

Sebait Tulisan Untuk Perempuanku

Aku menulis ini ketika sampai di rumah, setelah kuganti semua pakaian yang digunakan sehabis bertemu dan nonton bersamamu, Bunga Salsabilla.

Bunga Salsabilla, tidak terasa ternyata seperempat waktu hidupku di tahun 2021 dihabiskan bersama dirimu. Ya, sejak Agustus ingatku. 

Sampai tulisan berada di sini, aku bingung ingin memulai dari mana. Entah apa yang aku tuliskan ini apakah benar-benar sampai ke lubuk hatimu yang (mungkin) dalam itu.

Menghabiskan waktu bersamamu sampai saat ini menjadi suatu kebanggaan bagi diriku. Harapannya semoga sama untukmu, jika pun tidak, mungkin itu karena salahku yang sampai saat ini belum mampu membuatmu bahagia. Setidak-tidaknya selalu tersenyum dalam keadaan apapun.

Bunga Salsabilla, kamu perempuan hebat yang aku temui selama kaki aku melangkah dan selama nafasku masih berhembus. Mungkin berlebihan, tapi ini lah ungkapku.

2021 bukan tahun terbaik untukmu namun juga bukan tahun terburuk bagimu, hematku. Kamu memulai tahun itu dengan rentetan cerita yang dituliskan namun waktu membuatmu patah dalam luka yang (mungkin) sulit untuk melewatinya.

Banyak hal-hal yang kamu lewati di tahun 2021 ini, entah dari secara langsung dari mulutmu atau dari sebait tulisan yang tertuang. Pikirku, kamu hebat. Melewati semua hal itu dengan sebaik-baiknya. Air mata yang mengalir karena kesedihan tidak terbendung, rasa kecewa hadir dan kamu terus menyesali. Ironisnya, sampai kamu lupa dengan kesehatanmu sendiri.

Bunga Salsabilla, cerita-cerita antara kamu dengan yang lalu menjadi sebuah tamparan bagi diriku. Tamparan yang benar-benar membuatku tersadar, bahwa ada perempuan seperti dirimu, yang benar mencitai seorang laki-laki dengan setulusnya. 

Aku menjadikan kamu sebagai sosok perempuan dengan memiliki hati begitu dalam, perasaan tidak pernah pudar dan perjuangan yang tidak kenal lelah, kamu hebat, Bunga Salsabilla.

Waktu demi waktu aku jalankan bersama dirimu. Ingatku, pertama kali aku melangkahkan kaki ke rumahmu bersama seorang temanku dengan dahlih mengatarkan sebuah buku, entah apa kabarnya buku itu? Semoga masih dalam keadaan sama, yang artinya belum kamu baca.

Namun sebelum itu, kita pernah dalam satu kendaraan yang sama ini pun karena sebab suatu tanggungjawabku dalam organisasi. Singkat memang, namun menyenangkan.

Kali kedua aku ke rumah mu, ketika mengajak dirimu jalan. Entah pikirku kemana mengajakmu jalan, tidak ada tujuan, tidak ada sandaran. Namun, ingimu waktu itu untuk sekadar keliling, aku turuti dengan baik. Sebab, aku ingin mengenalmu lebih dalam.

Waktu berjalan membuat kita menjadi suatu ikatan, istilah orang-orang ya pacaran. Tapi aku beranggapan lebih dari itu. Kamu kekasihku dalam berdebat hebat, tempatku ketika merasa sepi, sendiri dikala dunia ramai seperti ini. Kuharap, kamu juga menjadikan diriku sebagai sosok ketika orang mengacuhkan dirimu.

Bunga Salsabilla, waktu tidak berjalan dengan lambat namun tidak pula bergerak dengan cepat. Banyak hal-hal yang terjadi di antara kita. Segala suasana hadir, tidak sering berdebatan besar selalu menghampiri.

Aku bukan sosok yang memiliki sifat sabar seperti Nabi Muhammad SAW ketika dicaci oleh orang-orang yang bersebrangan dengan dirinya. Aku juga bukan sosok yang kuat seperti orang-orang di luar sana.

Pikirku, aku hanyalah manusia, berjalan dan tak luput dari kesalahan. Rasa sabarku mungkin tidak sebanyak orang-orang di luar sana, namun aku terus berupaya untuk diriku sendiri ini atas dirimu.

Bunga Salsabilla, aku mencitaimu dengan setulusny, segala kebaikanmu belum tentu aku dapat balas, namun janjiku pada diri sendiri ialah “ketika aku sanggup membuatmu bahagia, setidaknya tersenyum, maka aku akan lakukan.”

Bunga Salsabilla, belakangan ini, aku lagi cemburu-cemburunya kepada semua laki-laki yang berusaha dekat dirimu, sekalipun itu teman tapi emosionalku terkadang tidak sanggup untuk meredam. 

Hanya usaha dan doa yang terus kupanjatkan kepada Allah SWT, kuatkan segala ikatan aku dengan dirimu. Berilah aku kesempatan, setidaknya kali ini saja untuk membahagiakan orang lain selain diriku sendiri.

Banyak hal yang ingin kutuliskan namun rasanya kamu akan bosan. Bunga Salsabilla, entah, akhir-akhir ini tepatnya ketika malam itu kamu cerita tentang kecewanya dirimu sendiri atas diri mu, membuatku merenung dan menatap diriku sekali lagi.

Aku hanya terus meminta kepada Allah SWT, semoga memang diberikan kesempatan untuk membahagiakan dirimu dengan segala yang aku sanggup.

Penuh harapanku ke kamu, sekalipun kita tahu bahwa berharap ke manusia adalah hal muslihat. Namun biarlah ini menjadi terakhir kalinya aku merasa hidup di dunia ini. Beberapa harapanku dalam hidup sudah terkikis dengan sadis, namun aku berharap dan berdoa ke Allah SWT untuk dapat membahagiakan dirimu.

Untuk resolusi, harapan, atau doa di tahun 2022 ini tentu ada namun aku berhenti berharap hanya sekadar dengan doa-doa tanpa ada tindakan. Ku harap, di 2022 ini kita terus berjalan, melewati segala suasana, menjadikan diri kita lebih sehat, dihadirkan rezeki yang tidak terhingga dan hal hal baik selalu bersama dengan kita.

Bunga Salsabilla, aku mencintaimu dengan tulus dan semua yang terlewati menjadi pijakan diri kita untuk lebih dewasa. Terakhir, semoga Allah SWT tidak memberiku kesempatan untuk membuat dirimu kecewa.

Hormatku untukmu, Bunga Salsabilla. Perempuan baik, cantik, manis nan gemoy.

Salam,
Rega Aditya Irawan.



Comments

Post a Comment